Quote:Quote:Baju perang Jawa sebenarnya banyak jenisnya. Ada kawaca ada akurug (yang berselubung tameng), ada awajuh (yang berselubung baju zirah) dan ada winaju rante.
1. Kawaca mengacu pada pakaian perang Eropa yang menutupi seluruh tubuh. Misalnya Niwatakawaca. Niwatakawaca berarti Niwata yang berbaju baja. Konon ia kebal sehingga kematiannya hanya melalui titik lemah mulutnya bila dibuka.
2.Akurug (yang berselubung tameng), barang kali maknanya pakaian perang seperti yang digunakan ala pakaian perang ala Asia atau film-filmya Mahabarata.
3.Awajuh (yang berselubung baju zirah). Pakaian perang ini menutupi seluruh tubuh, dimana bajunya kemungkinan besar tidak kaku seperti Akurug.
4.Winaju Rante. Baju perang ini paling banyak disebut era Majapahit dalam teks Kidung atau Hikayat Banjar. Baju perang ini memiliki kemiripan dengan baju perang Arab atau Timur Tengah dan Eropa abad ke 12-an. Saya belum bisa menunjuk seperti apa bentuk riilnya. Tapi kira-kira seperti itu.
Ada kisah menarik tentang pakaian perang Jawa. Pakaian perang Jawa model magis-magisan itu dimulai oleh Panembahan Senopati. Ia konon saat membantu Pangeran Benowo menyerang Demak menggunakan Kotang Ontokusumo dari kulit lembu dan bukan dari besi. Ketika ia suatu ketika bertempur dengan pangeran dari Pati yang menggunakan Kere Waja, senjata andalan Senopati tidak ada yang bisa menembusnya. Karena itu Senopati meminta pangeran dari Pati itu bertanding satu lawan satu tanpa baju dan menyuruhnya melepas kere wajanya. Ketika kere waja di buka, ya pangeran dari Pati kalah.
Kisah itu memiliki gambaran bila pakaian perang dengan baju baja tidak lagi digunakan pada masa Senapati. Kisah itu kiranya juga melambangkan bila pada pemerintahan Senapati penyitaan baju perang tempo dilakukan demi keamanan pemerintahannya. Karena ia pun membubarkan pasukan laut Pajang dan Demak dan membuat Jawa mengisolasi diri.
Sayangnya kisah magis-magisan itu tidak ada pada masa Majapahit. Bagaimana Prapanca menceritakan para pasukannya dan para pendeta yang berilmu bila meminjam era Senapati melarikan diri ketika diserbu binatang hutan yang diburunya. Demikian pula pada masa Islam. dimana Sultan Trenggono meninggal ketika ditusuk keris anak kecil. Tapi ingat pikiran kita jangan dikaburkan dengan kisah-kisah M.H. Mintarja atau Babad Tanah Jawi.
Pikiran rasionalisme pada masa Majapahit dan Kasultanan dengan memakai baju baja ala Eropa, sebenarnya itulah yang membuat kita maju pada saat itu. Ketika pikiran itu tidak ada, ya kita kalah hanya oleh sebuah bangsa paling miskin di Eropa pada saat itu yaitu Belanda. Masa meriam Belanda mau diterima dengan dada yang berlembu sekilan sekali pun.
baju perang dari besi itu salah satunya adalah pasukan kesultanan ottoman dari turki pada tahun 1300 - 1774
baju perang pasukan arab di pasukan kesultanan ottoman, dari awal abad ke 17
Kalau dipikir secara nalar..ilmu2 perang,ilmu silat dan martial arts asli Nusantara, banyak aliran yang mewarisi dari ilmu2 silat jaman dulu. Kok tidak ada jurus dan gerakan untuk melawan musuh yg memakai baju zirah,ya
Ilmu pencak silat,contohnya; gerakannya melipat musuh,mematahkan tulang dan menendang memukul. Bagaimana mau mukul dan nendang musuh yg pakai baju besi?
Ilmu pedang Nusantara; jenis pedangnya hanya Pedang tusuk,dan Pedang Sabet. serta tehnik tempaan yg masih kurang matang dibandingkan pedang Jepang. Pedang Sabet dan Pedang Tusuk dengan tempaan kwalitet Nusantara..tidak akan menembus Baju Zirah. Tombakpun demikian..kwalitet tempaannya sama dengan keris,dan pedang2 Sabet dan Tusuk
Bahkan ilmu pedang Jepangpun,yang pedangnya tempaan kwalitet istimewa, masih harus menggunakan alat tertentu untuk mengungkit/mengangkat lapisan baju zirah sebelum menusuk. Juga tehnik2 yang khusus untuk menyerang pada bagian2 tertentu baju zirah musuh.
Ilmu perang Eropa, mereka memakai baju zirah..dan mereka juga mempunyai senjata piercing armor, seperti; War Hammer, Piercing Spear, Armor Piercer Arrrow, juga blokade2 seperti pagar2 kayu yang dilancipkan dan dipasang miring untuk menahan tentara berbaju zirah yg berkuda.
Jadi tepatnya, diperlukan tehnik2 khusus dalam gerakan, taktik pertempuran dan senjata spesial untuk pertempuran dengan baju zirah, dan leluhur2 kita tidak memakai tehnik2 serta senjata2 tersebut.
Dan selain dari itu, seperti yang sudah saya postingkan di halaman sebelumnya DI SINI, tehnik2 peperangan Majapahit seperti Dirada Meta, Supit Urang, Garuda Nglayang, Gilingan Rata, Wulan Tumanggal, Cakra Byuha, Gedong Minep, Jurang Grawah, Wukir Jaladri, Gelatik Neba, Samudra Rob atau Jaladri Pasang, Mowor Sambu dan Dom Sumuruping Banyu semuanya membutuhkan kecepatan tinggi.
Pemakaian baju zirah pada tehnik2 perang (gelar2 peperangan) tersebut justru malah memperlambat gerakan.
Baju zirah logam dijaman majapahit jika dari sudut pandang bahasa Kalau bicara tentang arsip, naskah dsb sebagai bukti maka tidak bisa lepas dari bahasa atau peng-istilahan.
Lazimnya pemberian nama dari budaya jawa untuk benda atau sesuatu yg berwujud spt binatang dsb (terutama untuk benda2 istimewa) adalah dengan menganggap sebagai person, jadi penamaannya seperti memberikan nama untuk orang dengan sebutan didepan 'kyai' atau 'nyai'. contohnya : kyai sangkelat, kyai setan kober, kyai guntur madu dsb bahkan untuk benda yg buatan luar pun seperti meriam juga mendapat sebutan Nyai setomi.
Sedangkan untuk ilmu tidak ada personifikasi maka untuk penamaan ilmu cukup disebut namanya saja spt lembu sekilan, panglimunan dsb. Dari kelazimann tsb sudah seharusnya winaju rante, kere waja dsb diterjemahkan sebagi ilmu bukan benda fisik.
Jika kemudian ada pertanyaan kenapa kotang ontokusumo bikinan sunan kalijogo berwujud fisik tidak pakai sebutan kyai atau nyai ? jawabnya jelas karena itu berupa rajahan, jadi kekuatan atau yg membuat kebal bukan krn bahannya kuat tapi krn rajahan bikinan sunan kalijogo. Kalau cuma bahanya kuat pasti banyak yg bisa meniru dan kotang ontokusumo tidak menjadi barang yg special.
PENAMAAN RAJA PUN LAZIMNYA TIDAK MEMAKAI SEBUTAN KYAI ATAU NYAI
Seumpama istilah Winaju Rante, Baju Zirah dan Kere Waja diistilahkan sebagai Benda Fisik, maka akan berbentuk seperti ini;
WINAJU RANTE
BAJU ZIRAH EROPA
KERE WAJA
KERE WAJA
Senjata2 untuk melawan Winaju Rante, Baju Zirah dan Kere Waja; Model Eropa;
WAR HAMMER
WAR HAMMER
ARMOR PIERCE ARROW
Model Jepang
KANABOO
HACHIWARI (Pembuka lapisan Kerewaja)
HACHIWARI (Pembuka lapisan Kerewaja)
Kalau memang di jaman dulu kita telah memakai baju zirah apapun modelnya, dimanakah senjata-senjata pelengkap pemakaian baju-baju zirah kita?
tidak ada catatan maupun peninggalan-peninggalan kuno tentang senjata-senjata untuk melawan baju zirah di nusantara.
Dilawan dengan tombak, pedang dan keris baik yang kita miliki sebagai koleksi pribadi, maupun yang ada di museum museum kita, No Way...tidak akan TEMBUS!!!
Digali blogspotcom 16 Sep, 2014
-
Source: http://digali.blogspot.com/2014/09/bandingin-yuk-baju-perang-jawa-dan-eropa.html
--
Manage subscription | Powered by rssforward.com